Selasa, 09 Februari 2016

DIALOG SEORANG SUFI DAN SANG PRESIDEN

Dialog seorang Sufi dan Sang Presiden

Mungkin ini adalah pertemuan sakral yg dialami oleh Prof. DR. H. Kadirun Yahya, Msc – seorang angkatan 1945, ahli sufi, ahli fisika dan pernah menjabat sebagai rektor Universitas Panca Budi, Medan - dgn Presiden RI pertama Ir. Soekarno.

Ia bersama rombongan saat itu diterima di beranda Istana Merdeka (sekitar bulan Juli 1965) bersama dengan Prof. Ir. Brojonegoro (alm), Prof. dr. Syarif Thayib, Bapak Suprayogi, Admiral John Lie, Pak Sucipto Besar, Kapolri, Duta Besar Belanda.

“Wah, pagi-pagi begini saya sudah dikepung oleh 3  Profesor-Profesor” kelakar Ir. Soekarno membuka dialog ketika menemui rombongan Prof. Kadirun Yahya beserta rombongan. Kemudian Presiden Soekarno mempersilakan rombongan tamunya untuk duduk.

“Profesor Kadirun Yahya silakan duduk dekat saya”, pinta presiden Soekarno kpd Prof. Kadirun Yahya, terkesan khusus.

“Professor, ik horde van jou al sinds 4 jaar, maar nu pas onmoet ik jou, ik wou je eigenlijk iets vragen (saya dengar tentang engkau sdh sejak 4 tahun, tapi baru sekarang aku ketemu engkau, sebenarnya ada sesuatu yg akan aku tanyakan padamu),” kata presiden Soekarno dgn bahasa Belanda.
“Ya, tentang apa itu Bapak Presiden…?”

“Tentang sesuatu hal yg sudah kira-kira 10 tahun, saya cari-cari jawabannya, tapi blm ketemu jawaban yg memuaskan. Saya sudah bertanya pada semua ulama dan para intelektual yg saya anggap tahu. Tetapi semua jawabannya tetap tidak memuaskan saya.”
“Lantas soalnya apa bapak Presiden?”

"Saya bertanya terlebih dahulu tentang yg lain, sebelum saya majukan pertanyaan yg sebenarnya” jawab Presiden Soekarno.
“Baik Presiden” kata Prof. Kadirun Yahya

“Manakah yg lebih tinggi, Presiden atau Jenderal atau Profesor dibanding dgn sorga ?” tanya Presiden. “Sorga” jawab Prof.Kadirun Yahya.
“Accoord (setuju)”, balas Presiden terlihat lega.

Menyusul Presiden bertanya untuk soal berikutnya. “Lantas manakah yg lebih banyak dan lebih lama pengorbanannya antara pangkat-pangkat dunia yg tadi dibanding dgn pangkat sorga?” tanyanya.

“Untuk Presiden, Jenderal, Profesor hrs berpuluh-puluh tahun berkorban dan ber-abdi pada Negara, Nusa dan Bangsa atau pada ilmu pengetahuan. Sedangkan untuk mendapatkan sorga hrs berkorban untuk Allah segala-galanya. Berpuluh-puluh tahun terus menerus, bahkan menurut agama Hindu atau Budha hrs beribu-ribu kali hidup dan ber-abdi, baru barangkali dpt masuk Nirwana," jawab Prof. Kadirun.
“Accoord”, kata Bung Karno (panggilan akrab Presiden).

“Nu heb ik je te pakken Professor (sekarang baru dapat kutangkap engkau Profesor)” lanjut Bung Karno. Tampak mukanya cerah berseri dgn senyumnya yg khas. Dan kelihatannya Bung Karno blm ingin cepat-cepat bertanya untuk yg pokok masalah. “Saya cerita sedikit dulu” kata Bung Karno.
“Silakan Bapak Presiden”.

“Saya telah banyak melihat teman-teman saya meninggal dunia lebih dahulu dari saya, dan hampir semuanya matinya jelek krn banyak dosa rupanya. Sayapun banyak dosa dan saya takut mati jelek. Maka saya selidiki Al-Quran dan Al-Hadits bagaimana caranya supaya dgn mudah hapus dosa saya dan dpt ampunan dan bisa mati tersenyum."

"Lantas saya ketemu dgn satu Hadits yg bagi saya berharga. Bunyinya kira-kira sebagai berikut : Rasulullah berkata; Seorang wanita penuh dosa berjalan di padang pasir, bertemu dgn seekor anjing dan kehausan. Wanita tadi mengambil gayung yg berisikan air dan memberi minum anjing yg kehausan itu. Rasul lewat dan berkata : Hai para sahabatku. Lihatlah, dgn memberi minum anjing itu, hapus dosa wanita itu dunia dan akhirat. Ia ahli sorga”.

“Nah Profesor, tadi engkau katakan bhw untuk mendapatkan sorga hrs berkorban segala-galanya, berpuluh-puluh tahun untuk Allah baru dpt masuk sorga. Itupun barangkali. Sementara sekarang seorang wanita yg berdosa dgn sedikit saja jasa, itupun pada seekor anjing pula, dihapuskan Tuhan dosanya dan ia ahli sorga. How do you explain it Professor?” Tanya Bung Karno lanjut. Profesor Kadirun Yahya terlihat tidak langsung menjawab. Ia hening sejenak. Lantas berdiri dan meminta kertas.

"Presiden, U zei, det U in 10 jaren’t antwoord niet hebt kunnen vinden, laten we zien ( Presiden, tadi bapak katakan dlm 10 tahun tak ketemu jawabannya, coba kita lihat), mudah-mudahan dgn bantuan Allah dlm 2 menit saja saya coba memberikan jawabannya dan memuaskan”, katanya.

Keduanya adalah sama-sama eksakta, Bung Karno adalah seorang insinyur dan Profesor Kadirun Yahya adalah ahli kimia / fisika.

Di atas kertas Prof. Kadirun mulai menuliskan penjelasannya.
10/10 = 1 ;
“Ya” kata Presiden.
10/100 = 1/10 ; “Ya” kata Presiden.
10/1000` = 1/100 ;
“Ya” kata Presiden.
10/10.000 = 1/1000 ;
“Ya” kata Presiden.

10 / ∞ (tak terhingga) = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
1000.000 … / ∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
(Berapa saja + Apa saja) /∞ = 0;
“Ya” kata Presiden.
Dosa / ∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden.“

Nah…” lanjut Prof,
1 x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden
½ x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden.
1 zarah x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden.
“… ini artinya, sang wanita, walaupun hanya 1 zarah jasanya, bahkan terhadap seekor anjing sekalipun, mengkaitkan, menggandengkan gerakannya dgn yg Maha Akbar."

"Mengikut sertakan yg Maha Besar dlm gerakan-gerakannya, maka hasil dari gerakannya itu menghasilkan ibadah yg begitu besar, yg langsung dihadapkan pada dosa-dosanya, yg pada saat itu juga hancur berkeping-keping. Ditorpedo oleh PAHALA yang Maha Besar itu. 1 zarah x ∞ = ∞ Dan, Dosa / ∞ = 0.
Ziedaar hetantwoord, Presiden (Itulah dia jawabannya Presiden)” jawab Profesor.

Bung Karno diam sejenak . “Geweldig (hebat)” katanya kemudian. Dan Bung Karno terlihat semakin penasaran.

Masih ada lagi pertanyaan yg ia ajukan. “Bagaimana agar dpt hubungan dgn Tuhan ?” katanya.

Profesor Kadirun Yahya pun lanjut menjawabnya. “Dgn mendapatkan frekuensi-Nya. Tanpa mendapatkan frekuensi-Nya tak mungkin ada kontak dgn Tuhan."

"Lihat saja, walaupun 1 mm jaraknya dari sebuah zender radio, kita letakkan radio dgn frekuensi yg tdk sama, maka radio kita itu tdk akan mengeluarkan suara dari zender tsb. Begitu juga dgn Tuhan, walaupun Tuhan berada lebih dekat dari urat leher kita, tak mungkin ada kontak jika frekuensi-Nya tidak kita dapati”, jelasnya.

“Bagaimana agar dpt frekuensi-Nya, smtr kita adalah manusia kecil yg serba kekurangan ?” tanya Presiden kemudian.

“Melalui isi dada Rasulullah” jawab Prof.

“Dalam Hadits Qudsi berbunyi yg artinya : Bahwasanya Al-Quran ini satu ujungnya di tangan Allah dan satu lagi di tangan kamu, maka peganglah kuat-kuat akan dia” (Abi Syuraihil Khuza’ayya.r.a), lanjutnya.

Prof menyambung, “Begitu juga dalam QS.Al-Hijr : 29 – Maka setelah Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan di dalamnya sebagian Roh-Ku, rebahkanlah Dirimu bersujud kepada-Nya”.

"Nur Illahi yg terbit dari Allah sendiri adalah tali yg nyata antara Allah dgn Rasulullah. Ujung Nur Illahi itu ada dlm dada Rasulullah. Ujungnya itulah yg kita hubungi, maka jelas kita akan dpt frekuensi dari Allah SWT", kata Prof.

Prof melanjutkan, "Lihat saja sunnatullah, hanya cahaya matahari saja yg satu-satunya sampai pada matahari. Tak ada yg sampai pada matahari melainkan cahayanya sendiri. Juga gas-gas yg saringan-saringannya tak ada yg sampai matahari, walaupun ‘edelgassen’ seperti : Xenon, Crypton, Argon, Helium, Hydrogen dan lain-lain. Semua vacuum! 
Yang sampai pada matahari hanya cahayanya krn ia terbit darinya dan tak bercerai siang dan malam dgnnya. Kalaulah matahari umurnya 1 (satu) juta tahun, maka cahayanya pun akan berumur sejuta tahun pula. Kalau matahari hilang maka cahayanyapun akan hilang. Matahari hanya dpt dilihat melalui cahayanya, tanpa cahaya, mataharipun tak dpt dilihat”.

"Namun cahaya matahari, bukanlah matahari – cahaya matahari adalah getaran transversal dan longitudinal dari matahari sendiri (Huygens)", jelas Prof.

Prof menyimpulkan, "Dan Rasulullah adalah satu-satunya manusia akhir zaman yg mendapat Nur Illahi dlm dadanya. Mutlak jika hendak mendapatkan frekuensi Allah, ujung dari Nur itu yg berada dlm dada Rasulullah hrs dihubungi."

“Bagaimana cara menghubungkannya, smtr Rasulullah sdh wafat sekian lama ?” tanya Presiden. “

Prof menjawab, "Memperbanyak sholawat atas Nabi tentu akan mendapatkan frekuensi Beliau, yang otomatis mendapat frekuensi Allah SWT.
–Tidak kukabulkan doa seseorang, tanpa shalawat atas Rasul-Ku. Doanya tergantung di awang-awang – (HR. Abu Daud dan An-Nasay).

Jika diterjemahkan secara akademis mungkin kurang lebih : “Tidak engkau mendapat frekuensi-Ku tanpa lebih dahulu mendapat frekuensi Rasul-Ku”.

Sontak Presiden berdiri. “You are wonderful” teriaknya. Sejurus kemudian, dgn merangkul kedua tangan profesor, Presidenpun bermohon : “Profesor, doakan saya supaya dpt mati dgn tersenyum.

NU & MUHAMMADIYAH

Ketika KH Idham Chalid Mengimami Shalat Subuh Muhammadiyah dan Buya Hamka Mengimami Shalat Subuh NU
___________________________

Ada sebuah kisah yang patut kita teladani sebagai umat Islam dalam menjaga ukhuwah. Kisah yang terjadi antara pemimpin Nahdlatul Ulama, KH Idham Cholid, dan pemimpin Muhammadiyah, Buya Hamka, yang ketika itu sedang melakukan Sholat Subuh berjama’ah di kapal laut ketika perjalanan ke tanah suci.

Di Indonesia, ada banyak organisasi yang berasaskan Islam yang dapat ditemukan seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, dan lain sebagainya. Diantara organisasi itu, NU dan Muhammadiyah, adalah salah satu organisasi Islam terbesar yang banyak penganutnya di Indonesia. Perlu diketahui bahwa kedua organisasi ini sering disalah artikan sebagai suatu aliran dalam Islam seperti halnya aliran Mu’tazilah, Qadariyah, Jahmiyah, dan lain-lain. Padahal, keduanya hanyalah sebagai organisasi massa (ormas) yang lebih tepatnya disebut sebagai organisasi Islam.

Dan yang paling penting adalah tidak ada satu pun prinsip di dalam organisasi Islam tersebut yang bertentangan atau menyimpang dari ushuludin atau pokok-pokok ajaran agama Islam. Kesemuanya secara umum disatukan dalam satu ikatan aqidah yang dianut jumhur kaum muslimim sepanjang zaman, yang lazim dikenal Ahlusunnah wal Jama’ah. Kalau pun terdapat perbedaan pendapat yang terjadi, atau mengatasnamakan ormas-ormas tersebut, itu hanyalah masalah furu’iyyah atau hal ini bukanlah berarti mereka bisa dicap beda pemahaman.

Perbedaan yang ada, seperti dalam masalah furu’iyyah (cabang agama), metode dakwah, cakupan, dan sebagainya justru akan membuat ormas-ormas tersebut akan saling menguatkan dan menopang dakwah. Menjadi sarana berlomba-lomba dalam kebaikan sebagaimana yang telah diperintahkan dalam Al Qur’an surat Al-Baqarah ayat 148. Hanya saja, memang tidak bisa dipungkiri, adanya sebagian oknum yang picik pandangan, saling sikut dengan sesama saudaranya, bahkan saling hujat, hanya karena berbeda organisasi dan bendera dakwah. Orang-orang seperti ini harus segera disadarkan. Karena sadar atau tidak sadar dia telah melakukan kemungkaran besar, yang bukan saja akan berimbas pada dirinya, tetapi mudharatnya bisa menimpa jama’ah kaum muslimin pada umumnya.

Betapa indahnya hidup ini jika kita bisa mempererat tali ukhuwah diantara kita sehingga perbedaan yang terjadi tak akan mampu mempecah belah persaudaraan kita. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al Hujurat ayat 10 yang menyatakan bahwa sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Dan Rasulullah SAW pun menambahkan bahwa orang mukmin itu ibarat satu tubuh, apabila ada anggota tubuhnya sakit maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya. Di hadits lain pun disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda barangsiapa yang hendak merasakan manisnya iman, hendaklah ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri. Sungguh indah persaudaraan Islam ini.

Ada sebuah kisah yang patut kita teladani sebagai umat Islam dalam menjaga ukhuwah. Kisah yang terjadi antara pemimpin Nahdlatul Ulama, KH Idham Cholid, dan pemimpin Muhammadiyah, Buya Hamka, yang ketika itu sedang melakukkan perjalanan ke tanah suci. Saat sedang dalam perjalanan menuju tanah suci di dalam sebuah kapal laut, waktu melakukan sholat subuh berjamaah, para pengikut Nadhlatul Ulama heran saat KH Idham Cholid yang mempunyai kebiasaan menggunakan doa qunut dalam kesehariannya, malah tidak memakai doa qunut tatkala Buya hamka dan sebagian pengikut Muhammadiyah menjadi makmumnya.

Demikian pula sebaliknya, tatkala Buya Hamka mengimami shalat subuh, para pengikut Muhammadiyah merasa heran ketika Buya Hamka membaca doa qunut karena KH Idham Cholid dan sebagian pengikut NU menjadi makmumnya.

KH Idham Cholid adalah tokoh pemimpin NU yang mempunyai kebiasaan membaca doa qunut dalam shalat shubuh. Namun, saat ditunjuk menjadi imam shalat subuh, beliau tidak membacanya demi menghormati sahabatnya Buya Hamka dan para pengikutnya. Padahal, dalam tradisi NU membaca doa qunut dalam shalat subuh adalah sunah muakkad. Sungguh ini adalah tindakan yang begitu arif dan bijak. Begitu pun sifat kearifan ditunjukan oleh pemimpin Muhammadiyah, Buya Hamka, yang kesehariannya tidak membaca doa qunut justru membaca doa qunut saat mengimami shalat subuh dengan alasan yang sama. Mereka malah berpelukan mesra setelah shalat, saling menghormati, dan saling berkasih sayang.

Inilah para pemimpin yang sebenarnya yang begitu dalam dan luas keilmuan dan wawasannya. Meskipun terdapat perbedaan pendapat tetapi tetap bersatu dalam persaudaraan. Mereka lebih mengedapankan ukhuwah Islamiyyah ketimbang masalah khilafiah yang tidak akan ada ujungnya. Mereka tidak mengenal istilah saling mencela, mengejek, atau saling menuduh sesama muslim yang berbeda pandangan yang justru akan menimbulkan suatu fitnah.

Namun, sayangnya banyak dari orang-orang yang mengaku menjadi pengikut pemimpin mereka malah tidak bisa mencontoh sifat kebesaran jiwa yang ditunjukan para pemimpinnya. Banyak diantara mereka saling meributkan, menyibukan diri dengan mencari-cari perbedaan, dan menyalahkan satu sama lain yang berbeda pendapat dan tidak jarang saling mengejek dan menghina bahkan sampai menyesatkan sesama muslim yang berseberangan dengannya. Mereka tidak sadar bahwa tindakan yang dilakukannya hanya memecah belah umat dan sungguh ini adalah perbuatan yang lebih hina di mata Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Ini adalah fakta dan memang benar adanya. Contoh yang paling nyata adalah menjamurnya tulisan-tulisan di berbagai media khususnya media online seperti blog atau website yang memaparkan pendapat-pendapat yang dianggap paling benar sendiri dan menyalahkan orang lain sesama muslim yang berbeda pendapat dengannya. Apa yang mereka utarakan sebenarnya hanyalah foto copy alias copy paste dan taqlid dari orang lain, bukan lahir dari keluasan ilmu, kefaqihan dan kealiman, apalagi dari kerendahan hatinya. Tapi sayangnya, sikap dan perilaku mereka, seolah mufti tertinggi. Tidak seperti para Imam Ahlus Sunnah yang sangat bijak dalam menyikapi khilafiyah khususnya dalam keragaman amal syariat.

Kenyataan ini memang sangat berbeda dengan sebagian manusia yang sangat ingin mengikuti mereka para imam Ahlus Sunah, tetapi tidak mampu meneladani akhlak para imamnya. Mencela dan mensesat-sesatkan sesama muslim menjadi pekerjaan tetap sebagian orang tersebut, cuma karena perbedaan furu’. Lucunya lagi adalah mereka yang mencela dan mensesat-sesatkan bukan ulama, hanyalah thalibul ilmi (penuntut ilmu) yang baru duduk di satu majelis –tanpa mau bermajelis dengan yang lain- tetapi sayangnya berperilaku seakan ulama besar dan ahli fatwa. Sungguh, mereka baru di tepian pantai, tapi sayangnya berperilaku bagai penjelajah lautan.

Mereka baru dipermukaan, tapi sayangnya bertingkah bagai penyelam ulung. Nasihat bagi mereka selalu ditolak, kecuali hanya dari kelompoknya saja. Sungguh, sebenarnya mereka sangat layak dikasihani. Mereka tidak tahu bahwa kesalahan ijtihad tetap dihargai satu pahala oleh syariat, tetapi justru mereka menghargainya dengan tuduhan ‘sesat’, dan ‘bid’ah.’ Mereka menampilkan Islam dengan wajah yang keras, padahal itu adalah pengaruh dari kepribadian mereka sendiri, bukan Islam.

Cobalah saudaraku, berpikiran jernih dan dewasa, elegan dan bijak, dalam menghadapi khilafiyah fiqhiyah. Contohlah sikap para imam yang anda pegang, betapa kebesaran hati mereka mampu menjaga ukhuwah yang terjalin. Sikap seperti inilah yang seharusnya kita terapkan dalam menyikapi perbedaan diantara sesama kita sebagai umat Islam. Para imam adalah pemandu kita, kalau bukan mengikuti mereka, siapa lagi yang kita ikuti. Emosi dan hawa nafsu serta syetan laknatulloh?
Wallahu a’lam
___________________________

Sumber: http://www.muslimoderat.com/2015/11/ketika-kh-idham-chalid-mengimami-shalat.html

Jumat, 05 Februari 2016

PESAN MORAL

Seekor kuda terperosok ke dalam sumur yang sudah kering. Karena sudah tidak mungkin menolong kuda tersebut, maka orang-orang di kampung memutuskan untuk menutup sumur itu. Mereka ingin mengubur kuda itu hidup-hidup supaya bangkainya tidak mengganggu dan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Merekapun bergotong royong mengangkut tanah dan memasukkannya ke dalam sumur. Lalu, apa yang terjadi? Setiap ada tanah yang mengena punggungnya, kuda itu selalu membuangnya ke bawah lalu memindahkan kakinya ke atas tanah tersebut. Semakin tinggi tanah menutupi sumur, maka semakin tinggi pula posisi kuda itu. Sehingga akhirnya ia bisa keluar dari sumur dengan selamat.
Pesan Moral Ke 1:
Begitulah gambaran kita dalam hidup ini. Ketika perjalanan hidup melemparkan beban dan masalah ke punggung kita, maka kesampingkanlah lalu berdirilah dengan kokoh di atasnya, maka suatu saat nanti semua itu akan menaikkan posisi kita ke puncak.
Pesan Moral Ke 2:
Ketika orang-orang meremehkanmu, menghinamu bahkan berusaha menjatuhkanmu... mencelakaimu... justru upaya itu berbalik memberi keberuntungan kepadamu yang terus berjuang, bertahan & pantang menyerah.

Rabu, 03 Februari 2016

HATI-HATI TAMAKAN HARTA ANAK YATIM

Cuma sebatas membagikan status facebook Awi Mahmud aja . . . . . !!

jadi td wkt belajaran, guru kami (mudir ma'had
'aly) mamadahkan cara2 agar kt jgn tamakan
harta anak yatim,
terkadang kita yg kd tau2 gen umpat jw tamakan
harta anak yatim tanpa sadar..
sekaligus aku faham dah,kenapa jadi guru
semman mulia to sdn berwasiat bila sdn
wafat,ada dibuat dalam wasiat to bahwa harta
sdn gasan acara bearwahan sdn smpai haulan
terus2n,
.
ujar guru kami td (bittashorruf):
jadi nang'ai misalnya ni qm kawin,be'usaha lalu
sugih,bisi anak 3 ikung,ada yg pertama umur
5thn,anak kedua umur 3.5thn dan yg ketiga
1tahun,ninggal harta bnyak bnr, (misalnya 8
miliyar)
jd nang'ai mun kawa qm bewasiat ja sepertiga
harta qm digunakan untuk bearwahan qm smpai
haul terus2n,
soalnya nang'ai mun kd diwasiati kyt,pas qm
mati,
harta qm (yg 8 miliar) to didalamnya ada kalo
tabuat harta anak yatim (blm dibagi lg warisnya)
,lalu pas qm mati td,di arwahi kalo nang,naaah
pakai duit nang mana mearwahi to,pakai duit
warisan qm kalo (8 miliar),mun bini qm
(mamanya 3 ikung anak yatim td) jahil,lalu
bearwahan besar2n bini qm memakai harta yg (8
miliar) td,to temakan teambil harta anak yatim
ngarannya,
lalu qm yg umpat sarwanan ke acara arwahan
maniga hari,manujuh hari,ma40 hari,ta'umpat jw
to tamakan harta anak yatim kd disadari,
makanya mun bdahulu diwasiati hartanya ada yg
khusus gasan bearwahan,to kdpp lg dah,kd
tamakan harta anak yatim lg dah,tapisah dah dr
harta waris,nang bearwahan selamat,nang
sarwan selamat jw,
.
naah dr sini aku tau kehati2n guru seman,smpai2
sdn sdh wafat pun yato kawa ja menjagakan
orang2 yg masih hidup yg hadir di acara
arwahan sdn 1hari,2hr,3hr smpai haulan sdn,dari
tamakan harta anak yatim,(kan wkt sdn wafat to
anak2 sdn msh halus2n) jd mun kd dipisahkan dl
harta belain gasan bearwahan,kalo2 bnrai tapakai
duit warisan gasan anak sdn yg msh halus,apa
ada orangyg sarwan ke rmh sdn to sabarata'an
tamakan harta anak yatim (haram kalo tamakan
harta anak yatim to) ,inilah alasan kenapa guru
seman sengaja bewasiat sebagian harta sdn
disediakan gasan bearwahan,,

Selasa, 02 Februari 2016

DITUDUH BERZINA & MABUK-MABUKAN,

DITUDUH BERZINA & MABUK-MABUKAN, PRIA INI WAFATNYA DISALATI ULAMA & AULIYA’

Malam itu Sultan Murad IV (Sultan Turki Utsmani yang memerintah pada periode 1612-1640 M) merasa gundah. Maka ia memanggil kepala pengawalnya untuk diajak keluar istana dengan menyamar. Sesuatu yang memang biasa beliau lakukan. 

Sultan berkata, “Mari kita keluar, melihat keadaan rakyat kita.” Mereka pun pergi. Udara saat itu panas. Di tengah perjalanan, tiba-tiba mereka menemukan seorang laki-laki tergeletak di atas tanah. Disentuh dan dibangunkan oleh Sultan, ternyata ia telah wafat. Orang-orang yang lewat di sekitaranya tidak ada yang peduli pada mayat tersebut. Maka Sultan pun bertanya kepada mereka, mengapa orang ini wafat tapi tidak ada di antara kalian yang membawanya? Siapa dia?” 

Orang-orang menjawab, “Orang ini zindiq. Pelaku maksiat. Dia selalu meminum khamar dan berzina dengan pelacur.”

Sultan berkata, “Tapi bukankah dia juga umat Nabi Muhammad? Ayo angkat dia kita bawa ke rumahnya.” Mereka pun membawa mayat laki-laki itu ke rumahnya. Saat istri laki-laki tersebut mengetahui suaminya telah wafat, ia pun menangis. Orang-orang pun langsung pergi, hanya Sultan Murad dan kepala pangawalnya yang masih tinggal. Kemudian Sultan berkata kepada istri laki-laki itu, “Aku mendengar dari orang-orang bahwa suamimu suka melakukan kemaksiatan ini dan itu, hingga mereka tidak peduli akan kematiannya.”

Sang istri pun bercerita, “Awalnya aku mengadu seperti itu. Suamiku setiap malam keluar rumah pergi ke toko minuman keras (khamar), kemudian membeli sesuai kemampuannya. Ia membawa khamar itu ke rumah, kemudian membuangnya di kamar mandi sambil berkata, “Aku telah meringankan dosa kaum Muslimin.”

Dia juga pergi ke tempat pelacuran, memberi uang seorang pelacur kemudian berkata, “Anggap ini sebagai pendapatanmu malam ini. Jadi tutup pintumu sampai pagi dan jangan kau terima tamu lain!” Kemudian ia pulang ke rumah dan berkata kapadaku, “Alhamdulillah, malam ini kita telah meringankan dosa-dosa pemuda-pemuda Islam.” Tapi, orang-orang melihatnya mengira bahwa ia selalu meminum khamar dan berzina. Berita ini pun menyebar di masyarakat.

Sampai akhirnya aku bertanya kepada suamiku, “Kalau kamu nanti mati tidak ada yang akan mensalati dan menguburkanmu.” Ia hanya tertawa dan berkata, “Jangan takut sayangku, jangan-jangan jika aku mati akan di salati oleh sultan, ulama dan auliya.”

Mendengar hal itu Sultan Murad pun menangis dalam haru kemudian berkata, “Demi Allah, akulah Sultan Murad. Besok pagi kita akan memandikannya, mensalati dan menguburkannya.” Demikianlah, jenazah lelaki itupun disalatkan oleh sultan, para ulama, para syekh dan seluruh warga masyarakat.

Senin, 01 Februari 2016

Muhasabah Diri

Aku melihat hidup orang lain  begitu nikmat,
Ternyata ia hanya menutupi   kekurangannya tanpa berkeluh kesah..

Aku melihat hidup teman2ku tak ada duka dan kepedihan,
Ternyata ia hanya pandai menutupi dengan mensyukuri..

Aku melihat hidup saudaraku tenang tanpa ujian,
Ternyata ia begitu menikmati badai hujan dlm kehidupannya..

Aku melihat hidup sahabatku  begitu sempurna,
Ternyata ia hanya berbahagia  menjadi apa adanya..

Aku melihat hidup tetanggaku  beruntung,
Ternyata ia selalu tunduk pada Allah untuk bergantung..

Setiap hari aku belajar memahami dan mengamati setiap hidup orang yang aku temui..

Ternyata aku yang kurang mensyukuri nikmatMu..

Bahwa di belahan dunia lain masih ada yang belum seberuntung yang aku miliki saat ini....

Dan satu hal yang aku ketahui, bahwa Allahu Rabbi tak pernah mengurangi ketetapanNya.
Hanya aku lah yang masih saja mengkufuri nikmat suratan takdir Ilahi...

Maka aku merasa tidak perlu iri hati dengan rezeki orang lain..

Mungkin aku tak tahu dimana rezekiku.. Tapi rezekiku tahu dimana diriku..

Dari lautan biru, bumi dan gunung, Allah Ta'ala telah memerintahkannya menuju kepadaku...

Allah Ta'ala menjamin rezekiku, sejak 4 bulan 10 hari aku dalam kandungan ibuku..

Amatlah keliru bila bertawakkal rezeki dimaknai dari hasil bekerja..
Karena bekerja adalah ibadah, sedang rezeki itu urusan-Nya..

Melalaikan kebenaran demi menghawatirkan apa yang dijamin-Nya, adalah kekeliruan berganda..

Manusia membanting tulang, demi angka simpanan gaji, yang mungkin esok akan ditinggal mati..

Mereka lupa bahwa hakekat rezeki bukan apa yang tertulis dalam angka, tapi apa yang telah dinikmatinya..

Rezeki tak selalu terletak pada pekerjaan kita, Allah menaruh sekehendak-Nya..

Diulang bolak balik 7x shafa dan marwa, tapi zamzam justru muncul dari kaki sang  bayi, Ismail a.s.
Ikhtiar itu perbuatan.. Rezeki itu kejutan..
Dan yang tidak boleh dilupakan, tiap hakekat rezeki akan ditanya kelak..
"Darimana dan digunakan untuk apa"
Karena rezeki hanyalah "hak pakai", bukan "hak milik"...

Maka, aku  tidak boleh merasa iri pada rezeki orang lain..

Bila aku iri pada rezeki orang, sudah seharusnya juga iri pada takdir kematiannya....  astaghfirullaah...

...Untaian kalimat" ini sejujurnya ditujukan untuk diri saya sendiri yang masih berupaya menata hati..

Wa Allahua'lam bissawab.

Semoga  bermanfaat..