Selasa, 30 Juni 2015

Intan Trisakti

Dimana keberadaan Intan Trisakti ?Keberadaan Intan Trisakti Yang Raib Tanpa Jejak hanya meninggalkan sebuah nama bagi provinsi kalimantan selatan memang dulu Intan Trisakti merupakan kebanggan bagi masyarakat kalimantan selatan, khususnya kota martapura. (saat itu Cempakamasih masuk wilayah Kabupaten Banjar) namun sekarang apalah arti dari sebuah sejarah penemuan tanpa ada hal yang dapat kita lihat dari bukti penemuan tersebut. tak seorang pun yang tahu keberadaan pasti Intan Trisakti. Tak seorang pun yangdapat memperlihatkan bentuk asli Intan Trisakti, apakah bulat, lonjong, segitiga, atau kotak (segi empat).Intan Trisakti seakan lenyap tanpa jejak. saat ini masyarakat kalimantan selatan hanya bisa menerka bentuk Intan Trisakti dari cerita orang-orang terdahulu.26 Agustus 1965, sebulan sebelum di Jakarta terjadi Gerakan 30 September, sekelompok pendulang intan di Sungai Tiung, Cempaka, Banjarbaru, Kalimantan Selatan menemukan intan sebesar telur burung merpati. Ketika diukur beratnya: 166,75 karat (1 karat intan = 200 mg) atau sekitar 33,2 gram.Inilah intan terbesar yang pernah ditemukan di Kalimantan sampai saat itu, setelah usaha pendulangan intan di daerah itu dilakukan sejak tahun1600-an, bahkan ternyata sampai sekarang pun itulah intan terbesar dari Cempaka. Maka tentu saja ini berita besar, heboh, sehingga tak kurang dari Presiden Soekarno saat itu menamakan intan ini “Trisakti”.Betapa hebohnya intan Trisakti ini, sebab ditaksir harganya saat itu adalah Rp 10 trilyun dan makin meroket setelah diasah menjadi berlian. Konon sang Trisakti segera lenyap, kabarnya dibawa ke Jakarta, tetapi kini diyakini para pendulang intan bahwa Trisakti sekarang ada di salah satu museum di Belanda.Para pendulang intan penemu Trisakti dikabarkan mendapat uang pengganti senilai Rp 3,5 milyar, sangatbesar tentu pada tahun 1965 itu. Namun apa boleh buat, situasi politik-ekonomirunyam di Jakarta akibatgerakan-gerakanpolitik G30S saat itu. Uang Rp 1000 dipotong menjadi Rp 1,0 (sanering), yang mengakibatkan uang pengganti Trisakti Rp 3,5 milyar menyusut drastis 1000 x menjadi hanya Rp 3,5 juta. Meskipun demikian, konon dengan Rp 3,5 juta itu, para pendulang dan keluarganya sebanyak total 80 orang dapat pergi Haji.Meskipun kemudian di Kalimantan pada tahun 2008 di kawasan Antaruku, Pengaron, di timurlaut Martapura, ditemukan intan “Putri Malu” yang lebih besar dari Trisakti, yaitu 200 karat (40 gram), kehebohan Trisakti tidak terkalahkan oleh sang Putri Malu.Kalau kita berkunjung ke pendulangan intan di Cempaka, Banjarbaru, masih di area yang 50 tahun lalu dipenuhi kehebohan penemuan Trisakti, beberapa pendulang masih tekun mendulang pasir dan kerikil, siapa tahu menemukan intan atau emas, meskipun mereka tahu bahwa tidak setiap minggu, bahkan tidak setiap bulan ditemukan sebutir intan pun, mereka tetap tekun dan sabar sambil belajar dari sejarah bahwa pernah ditemukan Trisakti bernilai Rp 10 trilyun di tempat ini. Satu karat intan harganya sekitar Rp 4 juta saat ini, jadi mereka tetap sabar sebab sekali menemukan bisa mengganti hari-hari tanpa penemuan.Inilah cerita tentang Intan Trisakti yang telah di tulisTAJUDDIN NOOR GANIEIntan Trisakti adalah nama intan sebesar 166,75 karatyang ditemukan oleh sekelompok pedulang intan di bawah pimpinan H. Madslam dkk (24 orang) di lokasi pendulangan intan Sungai Tiung Kec. Cempaka Kab. Banjar (Kalimantan Selatan) pada tanggal 26 Agustus 1965. Nama intan Trisakti diberikan oleh Presiden Soekarno.Menurut versi piagam yang diberikan oleh Menteri Pertambangan RI (Armunanto), Intan Trisakti tidak dijual oleh para penemunya tetapi dipersembahkan kepada Paduka Yang Mulia Presiden Soekarno (Majalah Sarinah Jakarta). Atas jasa bakti persembahan itu permerintah berjanji akan memberikan balas jasa yang sepadan kepada H. Madslam dkk.Balas jasa memang diberikan dalam bentuk ongkos naik haji untuk para penemu intan ditambah dengan sanak keluarganya, dan para pejabat yang terlibat. Jika dihitung secara keseluruhan, akumulasi uang balas jasa yang diberikan pemerintah kepada H. Madslam dkk ketika itu tercatat sebesar Rp. 3,5 juta. Padahal, konon menurut taksiran kasar, harga yang pantas untuk Intan Trisakti ketika itu adalah Rp. 10 triliun.Minggu, 22 Agustus 1965pukul 01.00-02,30 wita.H. Madslam salah seorang pedulang intan di Kec. Cempaka bermimpi menggiring ratusan ekor kerbau menuju ke sebuah bukit. Begitu kerbau-kerbau itu sampai ke tempat yang dituju, H. Madslam terbangun dari tidurnya. H. Madslam ketika itu berstatus sebagai kepala kelompok pendulangan intan yang berjumlah 22 orang. Mereka ketika itu sedang menggarap sebuah lubang pendulangan di lokasi pendulangan intan Cempaka.Pada waktu yang sama, H. Sarimanis, anak buah H. Madslam bermimpi tubuhnya ditindih seseorang yang bertubuh tambun. Ia hampir kehabisan nafas. Untunglah pada saat yang kritis itu datang bantuan seseorang. Orang itu menolongnya membebaskan dari tindihan orang yang bertubuh gempal. Setelah itu, H. Sarimanis terbangun dari tidurnya.H. Masykur bin H. Jerman, anak buah H. Madslam, bermimpi melihat sejumlah mayat yang berserakan di bibir mulut lubang pendulangan intan yang sedang mereka garap sejak beberapa hari yang lalu.H. Tahir, anak buah H. Madslam, bermimpi melihat dua andaru (meteor). Satu andaru jatuh ke dalam lubang pendulangan, dan andaru yang satunya lagi jatuh ke atap rumah H. Madslam.Seorang ulama warga kota Kec. Cempaka yang tidak bersedia menyebutkan namanya bermimpi melihat kota Cempaka dilanda banjir bandang.Kamis, 26 Agustus 1965, pukul 11.00 witaH. Mastiah, seorang pendulang intan anak buah H. Madslam, sedang mengerjakan tugasnya sebagai pengayak batu dulangan (piantakan, bahasa Banjar). Batu dulangan yang masih dilekati tanah liat itu dibersihkan dengan air. Tangannya yang terlatih mengaduk-aduk batu dulangan itu. Batu-batu kecil yang lolos dari lubang ayakannya langsung masuk ke dalam linggangan yang sengaja dipasang di bawahnya.Setelah bersih, batu-batu besar yang tersisa di dalamayakan dibolak-baliknya dengan hati-hati, sementaraitu matanya menatap dengan cermat ke arah tumpukan batu bersih yang sedang dibolak-baliknya itu.Ternyata tidak ada intan besar yang tersangkut di ayakan itu. H. Mastiah sempat kaget setengah mati karena ia melihat karena ia melihat ada seekor ular kecil berwarna ungu sedang melingkar di antara batu-batu dulangan yang sedang diperiksanya itu. Ia bisa saja menimpuk ular kecil itu dengan batu besar yang ada di tangannya. Tapi ia tidak melakukannya, karena hal itu termasuk pantangan besar bagi seorang pendulang intan. H. Mastiah juga tidak mengusir ular itu dengan kibasan tangan atau dengan bahasa isyarat hus..hus..hus,karena hal itu juga tabu dilakukan.H. Mastiah akhirnya nekad menangkap ular itu, namunaneh bin ajaib begitu berada di dalam genggamannya ular itu tiba-tiba berubah wujud menjadi batu kecubung berwarna ungu. Ia tidak jadi melemparkannya sebagaimana yang sudah diniatkannya tadi. H. Mastiah kemudian menyerahkan batu kecubung berwarna ungu itu kepada Syukri teman sekerjanya yang kebetulan duduk berdampingan dengannya. Ketika itu Syukri juga bertugas sebagai seorang pengayak batu seperti halnya H. Mastiah.“Galuh..!!” pekik Syukri begitu mengamati batu kecubung berwarna ungu itu. Galuh adalah kata ganti untuk menyebut intan.Sesaat kemudian terjadilah kegaduhan kecil di lokasi pendulangan intan itu. Orang-orang yang ada di sana saling berebutan ingin melihat benda yang disebut-sebut Syukri sebagai galuh itu.Pukul 12.10 witaWarga desa Sungai Tiung Kec. Cempaka gempar. Mereka berlarian dari arah kampung menuju ke lokasi pendulangan intan. Mereka tampaknya seperti berlomba ada cepat tiba di lokasi pendulangan intan.Rupanya dalam tempo singkat berita penemuan sebutir batu besar berwarna ungu yang diduga intan itu sudah sampai ke segenap penjuru desa. Sementara itu, di lokasi pendulangan intan, orang-orang sedang ramai mengerumbungi H. Madslam yang tengah memegang sebutir bat berwarna ungu sebesar bola pimpong.Di antara orang-orang yang sedang berkerubung itu ada yang mengatakannya bukan intan, tapi Cuma batukecubung, tetapi banyak juga mereka yang haqqul yakin itu intan.“ini galuh. Asli galuh. Yakin ini pasti galuh..!!”“Bukan, ini bukan galuh. Ini Cuma batu kecubung..!!”“Galuh..!!”“Bukan..!!”Tiba-tiba di antara mereka ada yang mencabut mandau dengan maksud membelah batu ungu itu menjadi dua. Jika belah bearti batu, jika tidak bearti intan.Tapi, orang-orang serentak mencegahnya karena hal itu tidak akan menyelesaikan masalahnya malah menimbulkan masalah.“Sudah..sudah, bagaimana kalau kita semua sama-sama pergi ke rumah Pak Kades H. Anang Syachruni saja. Biar beliau yang memutuskan apakah benda ini intan atau Cuma batu kecubung”“Akuuuurr..!!”Mereka lalu berbondong-bondong meninggalkan lokasipendulangan intan menuju ke rumah Pak Kades yang terletak di jantung kota Cempaka.Pukul 14.00 WitaBegitu rombongan H. Madslam dan kawan-kawan tiba di rumah H. Anang Syachruni, rumah Pak Kades itu langsung penuh sesak. Penduduk tidak hanya berdesak-desakan di dalam rumah tetapi juga di sekeliling bagian luar rumah. Rumah Pak Kades ketika itu seperti kapal yang tengah berada di tengah-tengah lautan manusia.H. Anang Syachruni ternyata tidak dapat memastikanapakah batu ungu itu intan atau Cuma batu kecubung. Mereka kemudian bersepakat untuk membawa batu ungu itu ke hadapan Bupati Banjar H. Basri BA.Pukul 17.00 witaSetelah segala sesuatunya siap, mereka berangkat secara berombongan ke rumah dinas Bupati Banjar yang terletak di jantung kota Martapura.Mereka yang berangkat antara lain : H. Madslam, H. Jinu, H. Hassan, H. Anang Syachruni, H. Syukur dan Sersan Rahmat (sebagai pengawal mereka).Pukul 19.00 witaRombongan H. Madslam diterima langsung oleh Bupati Banjar H. Basri, BA. Begitu melihat batu ungu itu, Bupati Banjar kemudian menelepon anggota Panca Tunggal. Mereka diminta datang untuk menjadi saksi penemuan batu ungu yang sangat menakjubkan itu. Selain itu Bupati Banjar juga memanggil seorang ahl intan untuk memastikan apakah batu ungu itu intan atau Cuma batu kecubung.Tidak lama kemudian, orang-orang yang dpanggil Bupati Banjar berdatangan satu persatu. Mereka adalah Kapten Inf. R. Soeparno (Komandan Kodim 1006 Martapura), AKBP Aridjas Syarif (Komandan Resort Kepolisian Banjar), Dahlan (Kepala Kejaksaan Negeri Martapura), Poedjastoeti (Ketua Front Nasional Banjar), dan H. Hasnan (Camat Banjarbaru), dan ahli intan.Begitu tiba, ahli intan segera melakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat penguji intan yang dibawanya. Tidak lama kemudian ahli intan memastikan bahwa batu ungu itu adalah intan, bukan batu kecubung.Mendengar penegasan itu, H. Madslam dan kawan-kawan segera mengucap syukur dan beberapa orang diantaranya langsung sujud syukur di kediaman dinas Bupati Banjar.Kamis, 26 Agustus 1965Pukul 21.00 witaTiba-tiba mereka yang berkumpul di rumah dinas Bupati Banjar dikejutkan oleh teriakan kebakaran. Ternyata, yang terbakar adalah Pasar Batuah, yakni pasar bertingkat duayang terletak persis di seberangjalan rumah dinas Bupati Banjar. Bupati Banjar memutuskan agar intan dititipkan di Kantor Resort Kepolisian Banjar, karena sangat riskan jika intan itu dibawa pulang kembali ke Cempaka pada malam hari itu juga. Salah-salah mereka akan dirampok orang ditengah jalan.H. Madslam tidak setuju dengan keputusan Bupati Banjar. Mereka ingin membawa intan itu pulang kembali ke Cempaka pada malam itu juga. Mereka yakin tidak akan terjadi apa-apa di tengah jalan. Apalagi mereka ketika itu dikawal oleh anggota polisi (Sersan Rahmat).Namun keputusan Bupati Banjar didukung oleh anggota Panca Tunggal lainnya. Tidak ada pilihan bagi H. Madslam dan kawan-kawan kecuali menitipkan intan itu di Kantor Resort Kepolisian Banjar.Penitipan itu disertai dengan tanda terima yang ditandatangi oleh Bupati Banjar, Dandim, Danres Kepolisian Banjar, dan disaksikan oleh 6 orang saksi yang ikut membubuhkan tandatangannya.Pada kesempatan itu Danres Kepolisian Banjar berjanji akan membawa intan titipan itu ke Cempaka untuk diserahkan kembali kepada para pemiliknya yang dalam hal ini diwakili oleh H. Madslam pada 28 Agustus1965.Sabtu, 28 Agustus 1965Pukul 07.00 witaWarga kota Cempaka sudah berkumpul di alun-alun kota. Suasana kota Cempaka tampak hiruk pikuk oleh kehadiran warga kota yang berdatangan dari segenappelosok kota. Mereka ingin menyaksikan peristiwa langka yang tak mungkin terulang lagi.Hari itu, H. Madslam selaku wakil pemilik akan menerima kembali intan temuan mereka yang selama dua hari berturut-turut dititipkan di Kantor Resort Kepolisian Banjar di Martapura. Sesuai janji yang diucapkan Danres Kepolisian Banjar, intan itu akan diantarkan dan diserahkan langsung kepada H. Madslam di hadapan warga kota Cempaka.Pukul 11.00 witaRombongan Danres Kepolisian Banjar tiba di alun-alun kota Cempaka. Mereka dielu-elukan oleh warga kota yang berkumpul di tempat itu. Danres Kepolisian Banjar kemudian memperlihatkan intan yang dipegangnya kepada warga kota Cempaka. Tapi, intan itu ternyata tidak diserahkan kembali kepada H. Madslam sesuai janji Danres Kepolisian Banjar.Pada kesempatan itu diumumkan bahwa Presiden Soekarno telah memerintahkan agar intan segera dibawa ke Jakarta. Tiga orang telah ditunjuk untuk membawanya ke Jakarta, yakni Bupati Banjar, DanresKepolisian Banjar, dan H. Madslam.Pukul 12.00 witaH. Madslam dan para penemu intan lainnya berunding untk merumuskan bagaimana caranya agar beberapa orang di antara mereka dapat ikut srta berangkat ke Jakarta.Pukul 13.00 witaDirektur Utama BPU Pertambun Jakarta mengirim surat kepada Panca Tunggal Kabupaten Banjar bahwa intan temuan H. Madslam dkk akan dibeli pemerintah. Harga belinya akan ditetapkan dengan setepat-tepatnya setelah pemerintah mendapatkan penjelasan yang diperlukan dari para ahli intan dari dalam dan luar negeri.Surat itu dibawa langsung oleh Do’a Sulaiman selaku utusan BPU Pertambun Jakarta yang sengaja dikirim ke Banjarmasin dengan tugas khusus menjemput intantemuan H. Madslam dkk. Keberangkatannya ke Banjarmasin dikawal oleh satu tim polisi khusus.Minggu, 29 Agustus 1965Pukul 06.00 witaH. Madslam, H. Hasnan, H. Anang Syachruni, dan H. Hasyim berangkat ke lapangan terbang Ulin Banjarbaru. Mereka ingin bergabung dengan rombongan Bupati Banjar, dan Danres Kepolisian Banjar yang akan berangkat ke Jakarta pada hari itu juga.Pukul 10.00 witaTernyata kursi yang tersedia di pesawat terbang Garuda Indonesia Airways tujuan Jakarta sudah terisi penuh. Mendengar penjelasan itu H. Madslam jatuh pingsan. Situasi di lapangan terbang Ulin Banjarbaru menjadi mencekam karenanya.Pada saat itulah pesawat terbang Garuda Indonesia Airways yang membawa rombongan Do’a Sulaiman tibadi lapangan terbang Ulin Banjarbaru. Kepada Bupati Banjar, Danres Kepolisian Banjar, dan H. Madslam dkk diberitahukan bahwa intan itu akan dibeli pemerintah pusat dengan harga yang pantas.Penetapan harga yang pantas itu akan dilakukan pemerintah setelah mendengar penjelasan para ahli mengenai kualitas fisik intan dan perkiraan harga jualnya di pasaran internasional. Namun, sebelum kesepakatan harga tercapai, pemerintah akan segera memberikan uang persekot sebesar Rp. 200 juta.Mendengar penjelasan Do’a Sulaiman itu, H. Madslam siuman. Pada saat itulah intan diserahkan kepada Do’aSulaiman. Oleh Do’a Sulaiman intan itu dititipkan untuk disimpan di dalam tas milik isteri Irjenpol Soekahar (Panglima Daerah Kepolisian Kalselteng) yang kebetulan juga akan berangkat ke Jakarta dengan pesawat yang sama.Pukul 12.00 witaSesaat sebelum naik ke pesawat terbang Garuda Indonesia Airways, lagi-lagi H. Madslam jatuh pingsan.Ia terpaksa digantikan oleh H. Hasyim pamannya sendiri. H, Madslam siuman kembali ketika roda pesawat terbang terangkat dari landasan pacu lapangan terbang Ulin Banjarbaru. Namun, tidak berapa lama kemudian H. Madslam pingsan lagi.Pukul 12.30 wibPesawat terbang Garuda Indonesia Airways yang membawa intan hasil temuan H. Madslam dkk mendarat di lapangan terbang Kemayoran Jakarta. Intan kemudian dibawa ke rumah Soetjipto Joedodihardjo untuk dititipkan di sana.Senin, 30 Agustus 1965Pukul 12.00 witaH. Madslam, H. Hasnan, dan H. Anang Syachruni berangkat ke Jakarta dengan menumpang pesawat terbang yang tinggal landas di lapangan terbang Ulin Banjarbaru. Ternyata, pesawat terbang Garuda Indonesia Airways yang mereka tumpangi tidak langsung terbang ke Jakarta, tetapi singgah dulu di Surabaya. Mereka terpaksa menginap di Surabaya.Pukul 12.00 wibSementara itu, di Jakarta berlangsung pertemuan antara Presiden Soekarno dengan rombongan pembawa intan hasil temuan H. Madslam dkk. Pada kesempatan itulah intan diserahkan kepada Presiden Soekarno oleh Soetjipto Joedodihardjo dengan disaksikan langsung oleh rombongan pembawa intan yang datang dari daerah Kalsel.Selasa, 31 Agustus 1965Pukul 12.00 wibH. Madslam, H. Hasnan, dan H. Anang Syachruni berangkat ke Jakarta dengan menumpang pesawat Garuda Indonesia Airways yang tinggal landas di lapangan terbang Surabaya.Pukul 12.30 wibH. Madslam, H. Hasnan, dan H. Anang Syachruni tiba diJakarta. Mereka disambut oleh petugas dari BPU Pertambun Jakarta. Mereka kemudian diinapkan di Mess Tambang Batubara Jakarta.Pukul 19.00 wibH. Madslam, H. Hasnan, dan H. Anang Syachruni dijamumakan malam di sebuah rumah makan di Jalan Bungur Besar Jakarta. Di tempat itu mereka bertemu denganIrjenpol Soekahar (Pangdak Kalselteng), H. Basri, BA (Bupati Banjar), AKBP Aridjas Syarif (Danres Kepolisian Banjar), dan H. Basuni (Camat Astambul).Pada kesempatan itulah H. Madslam diberitahukan bahwa intan sudah diserahkan kepada Presiden Soekarno pada hari Senin, 30 Agustus 1965.Rabu, 1 September 1965H. Madslam dan rombongan dibawa berkeliling kota Jakarta. Mereka diinapkan di Hotel Indonesia, hotel terbesar dan termewah di tanah air kita ketika itu. Setelah itu mereka dibawa berkeliling kota Bandung.Pada kesempatan berada di Jakarta ini, H. Madslam sempat meminta pihak yang berkentingan untuk membantu bagaimana caranya supaya mereka dapat bertemu langsung dengan Presiden Soekarno.Sesuai dengan prosedur resmi, pihak protokoler istanaketika itu berjanji akkan menghubungi para ajudan supaya H. Madslam dan rombongannya dapat bertemuPresiden Soekarno. Tapi, karena padatnya jadwal acara yang harus dijalani Presiden Soekarno, maka H. Madslam dan rombongannya tak kunjung dipanggil untuk bertemu.Kamis, 2 September 1965Presiden Soekarno memberinama Intan Trisakti untuk intan hasil temuan H. Madslam dkk.Senin, 6 September 1965Setelah berada di Surabaya, Jakarta, dan Bandung selama 7 hari, H. Madslam dan rombongannya hari ini tiba kembali di kota Cempaka.Rabu, 29 September 1965H. Madslam hari ini menerima uang sebesar Rp. 200 jt dari pemerintah pusat. Uang yang diterimanya itu merupakan uang pembayaran tahap pertama untuk pembelian Intan Trisakti. Pada hari itu juga uang dimaksud dibagi rata kepada mereka yang berhak menerimanya.Kamis, 30 September 1965Terjadi huru-hara politik di Jakarta. PKI melakukan penculikan atas 7 orang petinggi TNI AD. Para petinggi TNI AD itu kemudian dibunuh dengan cara-cara yang sadis di suatu tempat di Jakarta yangdisebut lubang buaya.Jumat, 1 Oktober 1965Panglima Kostrad Mayjend Soeharto berhasil menumpas habis G30.S/PKI yang dipimpin oleh Letkol Untung dari Resimen Tjakrabirawa.13 Desember 1965H. Madslam dkk kelimpungan, tanpa diduga sama sekali pemerintah pusat melakukan sanering, yakni memotong nilai uang dari Rp. 1.000,- menjadi Rp. 1,- (Lembaran Negara Nomor 102/1965). Uang pembayaran harga intan yang baru mereka terima langsung merosot nilainya menjadi Rp. 200 ribu saja.Pebruari 1966Presiden Soekarno berhasil meredakan suhu politik yang sempat memanas setelah meletusnya huru-hara G30.S/PKI. Kesempatan ini digunakan oleh pemerintah pusat untuk membayar harga beli Intan Trisakti pada tahap kedua sebesar Rp. 200 riba uang baru yang setara dengan Rp. 200 juta uang lama. Pada hari itu juga uang dimaksud dibagi rata kepada mereka yang berhak menerimanya.Maret 1966H. Madslam menerima uang sebesar Rp. 960 ribu uang baru yang setara dengan Rp. 960 juta uang lama dari pemerintah pusat. Uang yang diterimanya itu merupakan uang pembayaran tahap ketiga untuk pembelian Intan Trisakti. Tapi, uang ini tidak dibagikan karena merupakan uang yang harus merekabayarkan untuk ongkos naik haji secara berombongan bagi 86 orang calon jemaah haji.Rinciannya 22 orang berstatus sebagai anggota kelompok pendulang intan penemu Intan Trisakti, 22 orang isteri-isteri mereka, dan sisanya adalah calon jemaah haji yang berstatus sebagai pemilik tanah, pemilik pompa, pemilik peralatan lainnya, para pejabatPemda Kalsel, dan para pejabat Departemen Pertambangan Jakarta (yang juga berangkat beserta isteri/suaminya masing-masing).15 Juni 1966Mulyono, pejabat Bank Indonesia Jakarta, hari ini menyerahkan Intan Trisakti kepada Dr. IC Berg. Penyerahan Intan Trisakti dilakukan di anak tangga pesawat terbang KLM yang sudah siap tinggal landas dari Bandara Kemayoran Jakarta menuju ke Den Haag, Negeri Belanda. Menurut rencana Intan Trisaktiakan diperiksa oleh tim ahli dari NV Asecher Belanda.9 Nopember 1966Tim ahli NV Asecher Belanda menemukan cacat fisik pada Intan Trisakti. Ada fleks (kotoran) yang melekatdi dalamnya. Fleks itu harus dibuang lebih dulu. Selain itu, pihak NV Asecher juga menyarankan agar Intan Trisakti dipotong-potongmenjadi beberapa butir. Alasannya, jauh lebih mudah menjual beberapa butir intan berukuran kecil, daripada menjual sebutir intan berukuran besar.Pemerintah pusat menyetujui semua usulan NV Asecher itu. Intan Trisakti kemudian dipotong-potonghingga menjadi beberapa butir. Butiran terbesar konon berukuran 60 karat. Intan ini kemudian dibeli oleh seorang pengusaha Jerman sebagai hadiah untuk isterinya. Butiran intan lainnya yang berukuran lebih kecil juga dibeli orang tak lama setelah selesai dipotong dan digosok oleh tim ahli NV Asecher Belanda.Desember 1966H. Madslam menerima uang sebesar Rp. 2.140.000,- dari pemerintah pusat. Uang yang diterimanya ini merupakan uang pembayaran tahap ke empat (tahap terakhir) untuk pembelian Intan Trisakti. Pada hari itu juga uang dimaksud dibagi rata kepada mereka yang berhak menerimanya.Tahun 1973H. Madslam berangkat ke Jakarta untuk menemui seorang pejabat BPU Pertambun yang berjanji akan membantunya menuntut pembayaran tambahan kepada pemerintah pusat atas harga penjualan Intan Trisakti miliknya.H. Madslam ketika itu Cuma menerima surat penghargaan yang diberikan oleh Menteri Pertambangan RI Armunanto (Anggota Kabinet SeribuMenteri).Setelah sempat menggelandang selama 2 hari di Istora Senayan Jakarta, H. Madslam akhirnya berhasilpulang kembali ke kota Cempaka. Biaya untuk pulang kembali ke kota Cempaka itu diperolehnya dari bantuan Ridwan Machmud, pejabat BPU Pertambun Jakarta yang bersimpati kepada nasib buruknya.19 Juni 1975H. Madslam dkk mengangkat Antara Hutauruk sebagai pengacara yang akan bertindak atas nama mereka dalam usaha menuntut tambahan pembayaranatas harga jual beli Intan Trisakti kepada pemerintah pusat.Langkah pertama yang ditempuh Antara Hutauruk adalah mengirim surat kepada Direktur Utama BPU Pertambun Jakarta. Isi surat itu adalah pihak klien yang diwakilinya menuntut tambahan pembayaran atas harga jual beli Intan Trisakti kepada pemerintah pusat.19 Agustus 1975Antara Hutauruk mengirim surat kepada Presiden Soeharto. Isi surat itu adalah pihak klien yang diwakilinya menuntut tambahan pembayaran atas harga jual beli Intan Trisakti kepada pemerintah pusat.2 Oktober 1975Antara Hutauruk menerima balasan surat dari Inspektur Jenderal Departemen Pertambangan RI (Laksamana Muda JU Sulamet). Surat balasan itu berisi penjelasan bahwa masalah pembayaran harga jual beli Intan Trisakti telah lama diselesaikan oleh pemerintah pusat.19 Oktober 1975Antara Hutauruk mengirim surat kepada Inspektur Jenderal Departemen Pertambangan RI (Laksamana Muda JU Sulamet). Melalui surat yang dikirimkannya itu Antara Hutauruk mengajukan sejumlah argumen dan fakta-fakta yang mendukung klaimnya bahwa kliennya sangat layak untuk mendapatkan uang tambahan pembayaran dari pemerintah pusat atas transaksi jual beli Intan Trisakti telah lama diselesaikan oleh pemerintah pusat.28 Oktober 1975Sekretaris Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara mengirim surat kepada Gubernur Kalsel. Surat itu berisi penegasan bahwa masalah pembayaran harga jua beli Intan Trisakti telah lama diselesaikan oleh pemerintah pusat.19 Januari 1976Antara Hutauruk mengirim surat kepada Presiden Soeharto dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat. Isi surat itu adalah pihak klien yang diwakilinya menuntut tambahan pembayaran atas harga jual beli Intan Trisakti kepada pemerintah pusat.26 Pebruari 1976Antara Hutauruk menerima surat balasan dari Mudjono, SH, Sekretaris Jenderal DPR RI. Surat itu berisi penegasan bahwa masalah pembayaran harga jual beli Intan Trisakti telah lama diselesaikan oleh pemerintah pusat.16 Nopember 1976Antara Hutauruk mengirim surat kepada Sekretaris Jenderal DPR RI di Jakarta. Melalui surat yang dikirimkannya itu Antara Hutauruk mengajukan sejumlah argumen dan fakta-fakta yang mendukung klaimnya bahwa kliennya sangat layak untuk mendapatkan uang tambahan pembayaran dari pemerintah pusat atas transaksi jual beli Intan Trisakti telah lama diselesaikan oleh pemerintah pusat.5 Januari 1978Anatar Hutauruk kembali mengirim surat kepada Presiden Soeharto. Isi surat itu adalah pihak klien yang diwakilinya menuntut tambahan pembayaran atas harga jual beli Intan Trisakti kepada pemerintah pusat.Majalah Dialog Jakarta menurunkan tulisan bersambung tentang kisruhnya dan belum tuntasnya pembayaran harga jual beli Intan Trisakti oleh pemerintah pusat kepada H. Madslam dkk.7 Nopember 1979Antara Hutauruk mengundurkan diri sebagain pengacara H. Madslam dkk.